Program
Keluarga Harapan (PKH) menjadi bagian dalam strategi nasional untuk
penanggulangan kemiskinan yang berbeda dengan program-program bantuan sosial
lainnya. PKH adalah bantuan tunai bersyarat dalam bentuk uang, maka tidak bisa
dipungkiri dalam pelaksanaannya lebih sensitif
dilapangan. Banyak pihak yang memberikan penilaian, opini, statemen yang
cenderung negatif bahkan sampai pada titik penolakan terlebih dalam
pelaksanaannya secara keseluruhan di-handle
oleh pendamping lapangan, sedangkan pihak lainnya dalam garis koordinasi dan
bekerjasama untuk kelancaran program sesuai dengan kapasitas masing-masing. Demikianlah
flash back pengalaman yang dialami
oleh Masriani Wahyu Hidayati, salah
satu pendamping PKH Kecamatan Aikmel kelahiran Bagik Nyaka 31 tahun silam
tepatnya 31 Oktober 1987.
Menjadi
angkatan pertama tahun 2011 bukanlah hal yang mudah, sebab memulai sesuatu yang
baru khususnya dalam pelaksanaan program akan banyak tantangan dan kendala,
banyak konflik dilapangan, banyak penilaian negatif dan pada titik yang paling
menguras tenaga dan pikiran adalah penolakan dari banyak pihak termasuk
pemerintah desa. Namun bagi Masriani Wahyu Hidayati yang dalam keseharian di
panggil Ibu Ri kondisi ini bukanlah sesuatu yang mampu menyurutkan motivasinya
untuk terus melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendamping program dengan
berbagai pendekatan dan strategi yang dikembangkan, disamping itu banyak
tantangan dan kendala menjadikannya SDM PKH yang berkualitas, siap siaga dalam kondisi apapun, sehingga point
terpentingnya adalah bisa BEKERJA DENGAN
BAHAGIA.
Selama
berproses menjadi SDM Program Keluarga Harapan (PKH) berkunjung ke setiap
rumah-rumah KPM sebagai upaya lebih dekat dengan penerima manfaat program
adalah rutinitas yang dirasakan mampu membangun hubungan emosional dengan KPM,
lebih mudah untuk diorganisir dan tentu saja menjadikan KPM memahami
tujuan program dan merealisasikannya.
Kunjungan bukan sebatas kunjungan namun dalam kegiatan ini sebagai
fasilitator bagi Ibu Ri akan membuat
seorang pendamping mendengar dan menyuarakan berbagai persoalan kerentanan KPM,
keterbelakangan mereka, kesedihan mereka, harapan mereka, keterbatasan mereka
yang selama ini mereka tidak pernah suarakan. Kesemuanya adalah indikator
kemiskinan yang tidak pernah tersentuh untuk diberdayakan, namun dengan
kehadiran pendamping sebagai fasilitator akan menjembatani persoalan-persoalan
mereka yang selama ini tidak pernah tersentuh.
Terlebih
saat ini ada kegiatan FDS (Family Development Session) atau P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) dengan berbagai materi yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari penerima manfaat program, kegiatan ini mampu
menjadi wadah curhat yang benar, tempat
berbagai persoalan KPM dan tempat
berbagi kebahagiaan dengan perubahan-perubahan dan prestasi anak-anak KPM. Demikian
juga dengan peserta PKH kategori lansia
yang begitu bersyukur dengan adanya PKH, dengan bantuan tunai yang diterima
kebutuhan mendesak mereka dapat terpenuhi sehingga bisa lebih tenang menjalani
kehidupan masa tua mereka, dan mengganggap pendamping PKH seperti anak sendiri
sebagaimana yang dialami selama ini oleh Ibu Ri.
0 komentar:
Posting Komentar