Selalu
berusaha membuat orang-orang disekelilingnya untuk tersenyum dan bekerja dengan
bahagia adalah kebiasan yang selalu dilakukan oleh Pak Dedy Suhardin. Pak Dedi,
demikianlah nama sapaannya sehari-hari, laki-laki kelahiran 32 tahun silam ini,
lahir di Bima tepatnya 11 Mei 1986, saat ini sudah dikaruniai dua orang anak
dan berdomisili di Rembate Desa Kalijaga. Selain humoris Pak Dedi juga dikenal
sebagai pendamping militan didalam menjalankan tugas-tugas pendampingan
program, hal ini terlihat dari berbagai kegiatan yang dilakukan dengan berbagai
pendekatan dan strategi.
Sikap
militansi yang dimiliki tentu saya berawal dari komitmen yang kuat, sebab sejak
kecil Pak Dedy memiliki cita-cita untuk bisa membantu fakir miskin dan orang
tidak mampu, ingin lebih dekat dengan mereka, mampu berbuat sesuatu untuk
kehidupan mereka yang lebih baik. Keinginan ini kemudian di wujudkan dengan
menjadi Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) sejak tahun 2014.
Komitmen
kuat bukan berarti bebas tantangan dan kendala, komitmen itulah yang akan diuji
dilapangan untuk mengetahui seberapa jauh militansi yang dimiliki oleh seorang
pekerja sosial, sebagaimana halnya yang
dialami oleh Pak Dedi. Mengorganisir di tingkat bawah bukanlah hal yang mudah
semudah membalik telapak tangan, banyak konflik terjadi bahkan dalam bentuk
serangan langsung sikis dan psikis, sebab
meminimalisir masalah dengan memberikan penerangan kepada masyarakat
juga bukanlah hal yang mudah mengingat setiap individu memiliki berbagai
karakter dan ketidakmampuan dalam mengelola emosi sehingga bisa berakibat vatal.
Memahamkan
masyarakat tentang PKH itu sendiri adalah point terpenting bagi Pak Dedi,
ketika masyarakat paham maka kegiatan pendampingan, pengorganisasian dan
koordinasi akan lebih mudah, meskipun menjalankan program ini berbeda dengan
yang lain, terlebih hingga saat ini karakter masyarakat yang cenderung
menganggap semuanya miskin jika dikaitkan dengan bantuan. Oleh sebab itu
strategi yang dilakukan oleh Pak Dedy adalah setiap turun ke lapangan
sosialisasi secara terus menerus dengan melibatkan banyak pihak.
Selama
proses melaksanakan pendampingan kegiatan FDS (Family Development Session)
dinilai sebagai kegiatan yang mampu mendekatkan masyarakat dengan segala
kesenjangannya dan menjadi wadah PENDIDIKAN
SEPANJANG HAYAT, sebab didalam masyarakat yang saling mempengaruhi maka
manusia dituntut untuk menyesuaikan persoalan dirinya secara terus menerus
dengan situasi baru. Beberapa materi FDS sendiri diantaranya memberikan pencerahan
untu mengubah pola pikir tentang kemiskinan yang selama ini dianggap sebagai
keturunan, kemudian bagaimana pola asuh anak yang benar dan tentang kesehatan,
kesemuanya untuk memberikan pendidikan kritis untuk mengubah
kebiasaan-kebiasaan atau hal-hal yang dianggap tabu namun justru anggapan
tersebut yang mempersulit keluar dari kemiskinan. Kemudian melalui wadah ini
Kelompok Penerima Manfaat Program (KPM) dapat berbagi segala persoalan dalam
kehidupan mereka untuk mendapatkan penguatan, selanjutnya di follow up dengan
kunjungan rumah untuk lebih dekat dan advokasi. Sehingga
bagi Pak Dedy sendiri Program Keluarga Harapan (PKH) adalah Program
Perlindungan sosial yang mampu untuk menanggulangi kemiskinan, salah satunya
dengan mengubah pola pikir untuk lebih mandiri dan merdeka yang dibarengi
dengan pemberian bantuan tunai berupa uang.
By.Hm