Jumat, 31 Agustus 2018
MENDENGAR YANG TIDAK TERDENGAR, MENYENTUH YANG TIDAK TERSENTUH
Program
Keluarga Harapan (PKH) menjadi bagian dalam strategi nasional untuk
penanggulangan kemiskinan yang berbeda dengan program-program bantuan sosial
lainnya. PKH adalah bantuan tunai bersyarat dalam bentuk uang, maka tidak bisa
dipungkiri dalam pelaksanaannya lebih sensitif
dilapangan. Banyak pihak yang memberikan penilaian, opini, statemen yang
cenderung negatif bahkan sampai pada titik penolakan terlebih dalam
pelaksanaannya secara keseluruhan di-handle
oleh pendamping lapangan, sedangkan pihak lainnya dalam garis koordinasi dan
bekerjasama untuk kelancaran program sesuai dengan kapasitas masing-masing. Demikianlah
flash back pengalaman yang dialami
oleh Masriani Wahyu Hidayati, salah
satu pendamping PKH Kecamatan Aikmel kelahiran Bagik Nyaka 31 tahun silam
tepatnya 31 Oktober 1987.
Menjadi
angkatan pertama tahun 2011 bukanlah hal yang mudah, sebab memulai sesuatu yang
baru khususnya dalam pelaksanaan program akan banyak tantangan dan kendala,
banyak konflik dilapangan, banyak penilaian negatif dan pada titik yang paling
menguras tenaga dan pikiran adalah penolakan dari banyak pihak termasuk
pemerintah desa. Namun bagi Masriani Wahyu Hidayati yang dalam keseharian di
panggil Ibu Ri kondisi ini bukanlah sesuatu yang mampu menyurutkan motivasinya
untuk terus melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai pendamping program dengan
berbagai pendekatan dan strategi yang dikembangkan, disamping itu banyak
tantangan dan kendala menjadikannya SDM PKH yang berkualitas, siap siaga dalam kondisi apapun, sehingga point
terpentingnya adalah bisa BEKERJA DENGAN
BAHAGIA.
Selama
berproses menjadi SDM Program Keluarga Harapan (PKH) berkunjung ke setiap
rumah-rumah KPM sebagai upaya lebih dekat dengan penerima manfaat program
adalah rutinitas yang dirasakan mampu membangun hubungan emosional dengan KPM,
lebih mudah untuk diorganisir dan tentu saja menjadikan KPM memahami
tujuan program dan merealisasikannya.
Kunjungan bukan sebatas kunjungan namun dalam kegiatan ini sebagai
fasilitator bagi Ibu Ri akan membuat
seorang pendamping mendengar dan menyuarakan berbagai persoalan kerentanan KPM,
keterbelakangan mereka, kesedihan mereka, harapan mereka, keterbatasan mereka
yang selama ini mereka tidak pernah suarakan. Kesemuanya adalah indikator
kemiskinan yang tidak pernah tersentuh untuk diberdayakan, namun dengan
kehadiran pendamping sebagai fasilitator akan menjembatani persoalan-persoalan
mereka yang selama ini tidak pernah tersentuh.
Terlebih
saat ini ada kegiatan FDS (Family Development Session) atau P2K2
(Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) dengan berbagai materi yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari penerima manfaat program, kegiatan ini mampu
menjadi wadah curhat yang benar, tempat
berbagai persoalan KPM dan tempat
berbagi kebahagiaan dengan perubahan-perubahan dan prestasi anak-anak KPM. Demikian
juga dengan peserta PKH kategori lansia
yang begitu bersyukur dengan adanya PKH, dengan bantuan tunai yang diterima
kebutuhan mendesak mereka dapat terpenuhi sehingga bisa lebih tenang menjalani
kehidupan masa tua mereka, dan mengganggap pendamping PKH seperti anak sendiri
sebagaimana yang dialami selama ini oleh Ibu Ri.
Selasa, 28 Agustus 2018
MEREDA JERITAN KPM DI TENDA TENDA PENGUNGSIAN
Dalam kondisi apapun baik suka maupun duka setiap individu membutuhkan orang lain untuk berbagi, berbagi cerita, berbagi kesedihan, berbagi pengalaman, berbagi informasi bahkan berbagi rizki. Kesemuanya adalah untuk saling menguatkan dalam kondisi apapun sebab kondisinya akan berbeda jika setiap individu menghadapi persoalannya sendiri. Demikianlah yang dilakukan oleh Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kecamatan Aikmel, tetap bermanfaat, tetap berbuat dalam situasi dan kondisi apapun khususnya untuk KPM.
Kini KPM menempati tenda-tenda sebagai tempat melepas lelah, tempat yang paling nyaman untuk berkativitas sehari-hari pasca gempa bersama keluarga. Rasa was-was, hawatir tidak berkesudahan, hilang harap dan lainnya bercampur aduk mengisahkan pilu dan jeritan KPM. Akan tetapi kesemuanya akan bisa dihadapi dengan lebih tenang, optimis bisa bangkit kembali, lebih legowo menerima bencana yang terjadi karena pendamping terus menerus mendampingi, bersilatirahmi, berbagi informasi dan berbagi rizki semata-mata untuk saling menguatkan.
Senin, 27 Agustus 2018
PPKH AIKMEL TIDAK MENGENAL ISTILAH TERBEBANI KARENA KPM ADALAH KITA
Rapat koordinasi ini dilakukan sebagai bentuk follow up terkait banyaknya KPM yang rumahnya mengalami rusak berat setelah terjadinya gempa di Kecamatan Aikmel maupun Lenek. Jika sebelumnya penggalangan dana dilakukan untuk membantu korban gempa yang berada di Kecamatan Sambalia dan Sembalun, namun kali ini penggalangan dana dilakukan kembali dengan menfokuskan bantuan untuk Kecamatan Aikmel Sendiri.
Rapat kordinasi tim PPKH Aikmel kali ini menyepakati agar masing-masing Pendamping mengidentifikasi rumah KPM yang megalami rusak sedang dan berat, serta kebutuhan mendesak KPM saat ini. Penggalangan dana akan dilakukan di wilayah masing-masing serta mencari donatur-donatur peduli lainnya untuk melakukan gerak bersama membantu KPM pasca gempa. Sebelum melakukan rapat koordinasi masing-masing pendamping sudah melakukan upaya penggalangan dana sehingga pada saat rapat koordinasi sudah terkumpul Rp.7.769.000. Penyaluran bantuan akan dilakukan setelah data terkumpul kemudian membahas kembali bentuk bantuan yang akan diberikan kepada KPM.
By
Hm
Minggu, 26 Agustus 2018
PESERTA PKH INAQ SOHRIAH ASAL DUSUN JANGKONG DESA KALIJAGA KEC. AIKMEL LOTIM NTB
TANGGAL PENDATAAN : 3/25/2016
NO. PESERTA : 520309000400245
PENDAMPING ASHHABUL YAMIN, S.Pd
PENDAMPING ASHHABUL YAMIN, S.Pd
A. DATA KSM | |||||||||
1 | NAMA PENGURUS | : | INAQ SOHRIAH | ||||||
2 | ALAMAT | : | DUSUN JANGKONG | ||||||
3 | KECAMATAN | : | AIKMEL | ||||||
4 | KELURAHAN/DESA | : | KALIJAGA | ||||||
5 | NO. KARTU KELUARGA | : | 5203090802120041 | ||||||
6 | PEKERJAAN KEPALA KELUARGA | : | BURUH HARIAN LEPAS | ||||||
7 | STATUS TEMPAT TINGGAL | : | MILIK SENDIRI | ||||||
LUAS TANAH KEPEMILIKAN | 89,54 | m2 | |||||||
8 | LUAS LANTAI TEMPAT TINGGAL | : | 25,5 | m2 | |||||
9 | JENIS LANTAI TERLUAS | : | SEMEN | ||||||
10 | KUALITAS LANTAI TERLUAS | : | JELEK | ||||||
11 | JENIS DINDING TERLUAS | : | BAMBU | ||||||
12 | KUALITAS DINDING TERLUAS | : | JELEK | ||||||
13 | JENIS ATAP TERLUAS | : | GENTENG | ||||||
14 | KUALITAS ATAP TERLUAS | : | JELEK | ||||||
15 | SUMBER AIR MINUM | : | MATA AIR NYIUR BAYA | ||||||
16 | CARA MEMPEROLEH AIR MINUM | : | TIDAK MEMBELI | ||||||
17 | SUMBER PENERANGAN UTAMA | : | LISTRIK | MENGALIR DARI TETANGGA | |||||
18 | BAHAN BAKAR MEMASAK | : | KAYU BAKAR | ||||||
19 | FASILITAS JAMBAN | : | LUBANG TANAH | ||||||
JUMLAH TERNAK | |||||||||
* CORET YANG TIDAK PERLU | |||||||||
B. KOMPLEMENTARITAS | |||||||||
KUBE | : | ||||||||
UEP | : | ||||||||
√ | RASTRA | : | SUDAH TERDAFTAR | ||||||
RUTILAHU | : | TIDAK LAYAK | |||||||
ASKESOS | : | ||||||||
KELUARGA BERENCANA | : | ||||||||
PROGRAM LAINNYA | |||||||||
C. DATA ANGGOTA RUMAH TANGGA | |||||||||
NO | NAMA | HUB | KATEGORI | JK | TEMPAT LAHIR | TANGGAL LAHIR | USIA | ||
1 | INAQ SOHRIAH | 2 | 9 | P | JANGKONG | 02/01/1946 | 72 | ||
2 | AQ SOHRIAH | 1 | 9 | L | JANGKONG | 12/06/1960 | 57 | ||
3 | USWATUN HASANAH | 3 | 9 | P | JANGKONG | 01/07/1992 | 26 | ||
4 | ABDULLAH | 3 | 9 | L | JANGKONG | 01/07/1995 | 23 | ||
5 | ABDURRAHMAN | 3 | 9 | L | JANGKONG | 12/09/1999 | 18 | ||
6 | MASPUPAH | 3 | 5 | P | JANGKONG | 31/12/2004 | 12 | ||
7 | M ATHAR | 3 | 5 | L | JANGKONG | 15/05/2001 | 15 | ||
8 | RAHMATUS SOLEHAH | 3 | 6 | P | JANGKONG | 01/09/2000 | 18 | ||
9 | ANIN AZMA | 3 | 4 | P | JANGKONG | 01/07/2008 | 88 | ||
10 | IZZUDIN AL AZMI | 3 | 4 | L | JANGKONG | 01/07/2005 | 13 |
Jumat, 24 Agustus 2018
PPKH MEMANUSIAKAN MANUSIA
Ashabul Yamin adalah laki-laki
kelahiran Kutai Tanjung Laong Kalimantan Timur, tepatnya 9 Juli 1987, Ashabul Yamin dikenal sebagai sosok yang
sangat menyayangi keluarga, dan saat ini sudah dikaruniai seorang putra bernama Muhammad Fithra Alkaromi dari istri
Dewi Uji Yastuti.
MEMANUSIAKAN MANUSIA tanpa
melihat status, latar belakang, pendidikan dan lainnya khususnya masyarakat miskin yang selama ini
terpinggirkan itulah tujuan mulia dari Ashabul
Yamin, salah satu pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) Kecamatan
Aikmel yang bergabung sejak tahun 2011. Dapat dibayangkan suatu kondisi dimana
masyarakat yang miskin dalam segala akses akan menunjukkan kehidupan yang dapat
membuat sesak dada dan membuat kita menarik nafas dalam-dalam, seperti halnya
anak-anak fakir miskin atau anak yatim
yang memiliki keinginan kuat untuk sekolah namun sering terganggu karena tidak
dapat membeli peralatan dan perlengkapan sekolah termasuk buku-buku penunjang,
anak-anak yang tidak terlalu diperhatikan oleh orang tua atau keluarganya
sehingga lebih sering tidak sekolah, anak-anak yang tidak memiliki kepercayaan
diri karena berasal dari keluarga yang tidak mampu, anak-anak yang tidak
terurus kesehatannya, bahkan orang tua selaku pengurus KPM yang berbicara
dengan orang lain saja sangat takut, bahkan hingga saat ini masih ada orang tua
yang takut berbicara karena takut salah dan disalahkan.
Realita ini jelas sebuah kondisi
kemiskinan dengan keterbelakangan sehingga membutuhkan fasilitator untuk
menjembatani semua keterbelakangan ini,
untuk memberikan pencerahan, untuk memberikan penghargaan, untuk memberikan
rasa aman, rasa percaya diri dan memiliki harapan untuk meraih kehidupan yang
lebih baik. Kondisi ini semakin
menggugah naluri kemanusiaan Ashabul
Yamin untuk berbuat untuk bermanfaat bagi orang lain.
Namun niat luhur, komitmen kuat
didalam melakukan pendampingan tentu
memiliki tantangan yang membutuhkan pemikiran dan strategi jitu dalam
menyelesaikannya seperti halnya persoalan excllusion
dan inclusion errsor, situasi ini akan memancing penilaian negatif kepada
pendamping dan program, bahkan sangat berpotensi menimbulkan konflik didalam
masyarakat. Sehingga bagi Ashabul Yamin
ketelitian, strategi, hati-hati dan penuh perhitungan harus dipegang oleh tiap pendamping
dalam penyelesaian masalah-masalah yang terjadi dengan melakukan pendekatan
personal dan koordinasi intens dengan lintas sektor terkait untuk mendukung
kesuksesan program.
Peluh bercucuran, panas, dingin,
lelah, letih, pikiran yang terkuras didalam melaksanakan pendampingan bagi
Ashabul Yamin atau yang biasa di sapa dengan Pak Yamin bukanlah apa-apa jika
dibandingkan dengan rasa haru, bangga, senang serta bermanfaat bagi KPM
dampingannya seperti keberhasilan dalam melakukan advokasi siswa PKH yang
terancam Drop Out, proses ini adalah salah satu tindakan menyelematkan generasi
penerus bangsa. Selain itu kegiatan Pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga atau P2K2 adalah kegiatan yang dinilai
MEMANUSIAKAN MANUSIA dengan memberikan pencerahan, penguatan, motivasi, membangun
harapan untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Oleh sebab itu bagi sosok yang
juga dikenal berkepala dingin dalam menyelesaikan setiap persoalan ini
menganggap Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program super karena mampu
mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
SALAM PKH
By
Hm
PKH MENYELAMATKAN AGENT OF CHANGE DI WILAYAH KANTONG TKI
Keterbatasan atau ketidakmampuan masyarakat di
dalam memenuhi kebutuhan dasar sering identik dengan status ekonomi kategori
miskin. Sebuah kondisi dimana setiap individu tidak mampu memenuhi kebutuhan
dasarnya disebabkan berbagai faktor diantaranya pekerjaan yang dilakoni adalah
pekerjaan informal dengan upah rendah, menjadi pekerja keluarga yang tidak
mendapatkan upah, tidak tersedianya lapangan pekerjaan, minimnya jiwa usaha,
rendahnya SDM untuk mengembangkan atau mengelola potensi lokal dan lain
sebagainya. Salah satu dampaknya kemudian adalah Lombok Timur menjadi wilayah
kantong TKI tertinggi di Nusa Tenggara Barat.
Miris dengan wajah kemiskinan tersebut laki-laki
maupun perempuan kemudian memilih untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke
berbagai belahan Negara di dunia, baik Asia maupun Timur Tengah. Ketika
dilakukan pendampingan di desa-desa se-Kecamatan Aikmel terpetakan bahwa tujuan
mereka memilih menjadi TKI adalah mencari nafkah agar bisa menyekolahkan
anak-anak mereka, bisa membuat rumah sendiri, mencari modal untuk usaha, dan
tidak sedikit TKI adalah perempuan yang meninggalkan keluarga. Akan tetapi
tidak semua TKI dapat mencapai tujuan tersebut justru yang terjadi adalah
sebaliknya tidak pernah mengirim uang, tidak ada hasil, bahkan tidak sedikit
yang mengalami persoalan diluar sana.
Mirisnya keluarga yang ditinggalkan adalah
anak-anak mereka yang sedang dalam usia emas, usia yang sangat membutuhkan
kasing sayang orangtuanya untuk tumbuh kembang mereka yang optimal. Realita
yang kemudian terjadi adalah anak-anak kemudian dititipkan ke orang tua mereka
atau nenek, atau sanak saudara lainnya. Pernyataan yang tidak sedikit terlontar
dari masyarakatadalah si A, B, C “Anak Nenek”. Nenek atau saudara lainnya
kemudian dibebankan dengan tugas untuk mengasuh, jelas tidak bisa dilakukan
dengan seoptimal mungkin, bahkan kita tidak bisa menutup mata dan telinga
ahirnya anak-anak menjadi tidak terurus dalam pemenuhan kebutuhan dasar
khususnya kesehatan dan pendidikan dan pastinya berpengaruh untuk kepastian
masa depan mereka, karena harus disadari bahwa mereka sudah memiliki
kehidupannya sendiri bukan lagi dibebankan untuk mengurus cucu atau sanak
saudara mereka.
Namun melalui program nasional PKH menjadi
program bantuan bersyarat, harus kita akui berkontribusi besar untuk
menyelamatkan generasi penerus bangsa yang akan menjadi agen perubahan atau “Agent Of Change”, yang berpotensi Drop
Out. Melalui PKH setiap orang dewasa yang menjadi pengurus termasuk anak-anak yang ditinggalkan menjadi TKI akan diberikan
pendidikan kritis bagaimana kemudian menerapkan pola asuh anak yang baik agar
motivasi tetap terjaga melalui kegiatan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2. Setiap KPM harus berkomitmen atas syarat dari PKH itu sendiri yaitu mengakses fasilitas kesehatan dan pendidikan. Selanjutnya untuk memastikan kembali komitmen KPM, pendamping PKH melakukan
verifikasi fasilitas pendidikan dan kesehatan dengan mengawal kehadiran masing-masing
anak penerima manfaat program dengan berbagai persoalannya. Artinya proses ini adalah langkah nyata untuk menyelamatkan generasi penerus bangsa yang akan menjadi agen-agen perubahan.
SALAM PKH
By
Hm